7 research outputs found
Pengaruh Penambahan Zeolit Pada Litter Terhadap Kadar Amonia Litter, Suhu Litter, Foot Pad Dermatitis dan Penampilan Produksi Broiler
The aim of the research was to compare the effect of addition
zeolite to litter on ammonia concentration, litter
temperature, 35-day body weight, carcass weight, and foot
pad dermatitis score. The material of this research was two
hundred and seventy-two broilers reared in 4 treatment, such
as (P0) giving 0 gram zeolit / m2 litter, (P1) giving 500 gram
zeolit / m2 litter, (P2) giving 1000 gram zeolit / m2 litter and
(P3) giving 1500 gram zeolit / m2 litter. Method of the
research complately randomized design and data was
analyzed using Analysis of Variance (ANOVA). If there’s a
statictically significant different, it is further verified by
using Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). The result of
this research are Ammonia concentration and litter
temperature which were lower in treatment (P2) 1000 gram
zeolit / m2 litter and (P3) 1500 gram zeolit / m2 litter than
(P0) 0 gram zeolit / m2 litter. 35-days body weight and
carcass weight were higher in (P2) 1000 gram zeolit / m2
litter, while foot pad dermatitis score was lower in (P3) 1500
gram zeolit / m2 litter. In conclusion, addition of zeolite to
litter has a positive effect to litter and growth performance
especially 1000 gram zeolit / m2 litter
Pengaruh Letak Baterai Kandang Terhadap Kualitas Telur Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)
Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan unggas yang populer dan memiliki potensi di bidang peternakan di Indonesia. Penggunaan kandang bertingkat dapat menghasilkan suhu mikro yang berbeda pada setiap tingkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penempatan battery tier pada kandang burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) terhadap kualitas telur yang dihasilkan burung puyuh ditinjau dari bobot telur, indeks bentuk, ketebalan, dan bobot kerabang. Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah 500 ekor puyuh jepang (Coturnix coturnix japonica) yang telah memasuki tahap produksi pada umur 29 minggu. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah dengan baris kandang yang berbeda (baris 1, baris 2, baris 3, dan baris 4). Hasil analisis varians menunjukkan bahwa perbedaan letak deretan kandang baterai tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai indeks bobot dan bentuk telur, tetapi berbeda sangat nyata (P<0,01 ) terhadap ketebalan dan berat kerabang telur puyuh. Rata-rata hasil analisis variansi dari P1, P2, P3 dan P4 terhadap bobot telur berturut-turut adalah 11,79 ± 0,626; 11,75 ± 0,356; 12,42 ± 0,764; dan 12,36 ± 0,422; indeks bentuk rata-rata (%) nilai
berturut-turut adalah 77,40 ± 0,762; 78,82 ± 1,153; 77,72 ± 1,279; dan 76,71 ± 1,529; nilai rata-rata ketebalan kerabang adalah 0,38 ± 0,0155; 0,32 ± 0,0097; 0,32 ± 0,0097; dan 0,31 ± 0,0077; dan nilai rata-rata berat cangkang telur adalah 1,86 ± 0,443; 1,75 ± 0,086; 1,57 ± 0,133; dan 1,41 ± 0,109. Perbedaan letak barisan kandang baterai berpengaruh sangat nyata terhadap ketebalan dan berat kerabang telur yang dihasilkan burung puyuh tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap berat telur dan indeks bentuk telur puyuh
Pengaruh Bobot DOC Yang Berbeda Terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging Pada Pemeliharaan Kandang Terbuka
Ayam pedaging adalah jenis ayam yang dibesarkan khusus
untuk memproduksi daging. Strain ayam pedaging yang
dipelihara oleh para peternak di Indonesia memiliki tinggkat
pertumbuhan yang sangat cepat dan dapat dipanen dalam waktu
yang singkat , yaitu pada umur 31 dengan rata-rata bobot panen
sebesar 1,7 kg. Performa produksi ayam pedaging dipengaruhi
oleh faktor Bibit atau DOC, manajemen dan lingkungan. Ketiga
hal pokok tersebut saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.
DOC ayam pedaging yang beredar dipasaran diklasifikasikan
menjadi beberapa grade yang dibedakan berdasarkan bobot
DOC.
Berdasarkan perbedaan berat dapat dikatakan bahwa DOC
dengan berat yang besar lebih diminati oleh peternak. Hal ini
ada kecenderungan asumsi peternak bahwa DOC dengan bobot
yang besar menghasilkan performa produksi yang lebih bagus
dibandingkan dengan DOC dengan berat yang rendah. Namun,
asumsi tersebut perlu dikaji lebih dalam apakah DOC yang
besar memiliki kemampuan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan DOC dengan bobot yang lebih rendah.
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah pada
penelitian ini adalah menganalisis pengaruh dari bobot DOC
yang berbeda terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot
badan, dan Feed Conversion Ratio (FCR) ayam pedaging pada
pemeliharaan kandang terbuka. Manfaat penelitian ini
memberikan informasi tentang pengaruh bobot DOC yang
berbeda terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan,
dan Feed Conversion Ratio (FCR) ayam pedaging pada
pemeliharaan kandang terbuka.
Penelitian ini dilaksanakan selama 5 minggu yaitu pada
tanggal 12 Oktober sampai 18 November 2022 di kandang Pak
Syamsul yang terletak di perumahan Griya Sampurna, Jl.
Tamanu Diharjo, Karang Ploso, Kabupaten Malang, Jawa
Timur. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan
pengaruh bobot DOC yang berbeda terhadap konsumsi pakan,
pertambahan bobot badan dan rasio konversi pakan ayam
pedaging. Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
ayam pedaging mulai dari bibit DOC hingga umur 35 hari yang
berjumlah total ayam 75 ekor dengan jenis kelamin unsexing.
DOC ini dibedakan menurut bobot badan dengan rentang
perlakuan T1 (41-43g), perlakuan T2 (44-46 g) dan perlakuan
T3 (47-49 g). Metode penelitian yang digunakan adalah
percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
meliputi 3 perlakuan 5 ulangan dimana tiap ulangan terdiri dari
5 ekor ayam.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
Analysis of Variance (ANOVA) dan apabila terjadi perbedaan
dilakukan Uji Duncan beda nyata terkecil. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengaruh bobot DOC yang berbeda
disetiap perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan dengan rataan 667,98±
33,54 gram/ekor sampai 687,30± 34,14 gram/ekor,
pertambahan bobot badan memberikan hasil yang tidak berbeda
nyata (P>0,05) dengan rataan 492,77± 20,35 gram/ekor sampai
502,77 ± 37,69 gram/ekor serta rasio konversi pakan
memberikan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan
rataan 1,36± 0,3 sampai 1,37± 0,4.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
bobot DOC yang berbeda memberikan pengaruh terhadap
konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan rasio konversi
pakan. DOC pada bobot 44-46 g memberikan hasil rata-rata
konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan tertinggi,
sedangkan DOC pada bobot 41-43 g dan 47-49 g memberikan
hasil rata-rata FCR terendah. Saran dari penelitian ini yaitu
lebih memperhatikan lagi manajemen pemeliharaan ayam
pedaging untuk mencapai bobot badan yang maksimal dengan
memperhatikan fase brooding dan melakukan pemberian
vitamin pada ternak
Pengaruh Bobot Day Old Chick yang Berbeda terhadap Persentase Karkas dan Potongan Karkas Ayam Pedaging
Ada banyak peneliti telah melaporkan tubuh awal itu
bobot memiliki kontribusi terhadap kinerja produksi
dari jenis daging ayam. Petani menganggap bahwa semakin besar
berat badan Day Old Chick akan meningkat proporsinya
dari bangkai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari
Bobot tubuh DOC berbeda pada kualitas karkas ayam pedaging di alam terbuka
rumah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data dianalisis dengan
analisis varians (ANOVA), jika ada yang berbeda diikuti
dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Bahan yang digunakan di
penelitian ini adalah ayam pedaging umur 75 hari dengan Lohman
galur MB-202. Data dikumpulkan mulai dari awal
dari periode pemeliharaan. Variabel yang diukur adalah
persentase karkas dan bagian karkas (persentase dada,
persentase paha dan persentase sayap). Perawatannya adalah
Bobot tubuh DOC (Day Old Chick) yang berbeda pada P1 (41-43
g), P2 (44-46 g), dan P3 (47-49 g). Data dianalisis dengan menggunakan
analisis varians, jika ada perbedaan pengaruh
perlakuan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
(P<0,05) pada persentase karkas, persentase dada, paha
persentase dan persentase sayap. Berdasarkan hasil ini
studi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari
Bobot tubuh DOC yang berbeda terhadap kualitas karkas (carcass
persentase, persentase payudara, persentase paha dan sayap
persentase
Pengaruh Bobot Doc (Day Old Chick) Terhadap Nilai Ekonomis Pakan, Income Over Feed Cost Dan Indeks Performa Broiler Pada Pemeliharaaan Kandang Terbuka
Kegiatan penelitian dimulai pada tanggal 12 Oktober
2022- 16 November 2022 di Jl. Taman Diharjo, Perum Griya
Sampurna, Ampeldento, Kec. Karang Ploso, Kabupaten
Malang, Jawa Timur 65152. Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh perbedaan bobot DOC pada Indeks
Performa (IP), IOFC dan Nilai ekonomis pakan pada
pemeliharaan kadang terbuka. Harapannya hasil penelitian ini
dapat memberikan informasi tentang pengaruh perbedaan bobot
DOC terhadap Indeks Performa (IP), IOFC dan Nilai ekonomis
pakan. Penelitian ini menggunakan DOC sebanyak 75 ekor
unsexing dengan strain MB Lohman 202 yang merupakan
merek dagang PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Metode yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
dari 15 sekatan dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan
yang digunakan adalah P1 dengan menggunakan DOC berat
bobot 41-43g, P2 dengan bobot DOC sebesar 44-46g serta P3
yang menggunakan bobot DOC sebesar 47-49g. Variabel yang
vii
diamati adalah indeks performa, IOFC dan nilai ekonomis
pakan broiler. Data yang dihasilkan akan dianalisis
menggunakan analisis sidik ragam atau ANOVA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh bobot
DOC yang berbeda memiliki perbedaan yang tidak nyata
(P>0,05) terhadap indeks performa, IOFC dan nilai ekonomis
pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P3 dapat
menghasilkan IOFC yang lebih tinggi secara numerik jika
dibandingan P1 dan P2, namun variabel indeks performa
didapatkan hasil tertinggi pada P2 dengan angka 544,73 dan
variabel nilai ekonomis pakan terendah berada pada P1 dengan
nominal Rp. 12.979,65. yang mana semakin rendah angka nilai
ekonomis semakin menunjukkan bahwa semakin ekonomis
nilai tersebut. Kesimpulan pada penelitian ini bahwa Pengaruh
Bobot DOC (Day Old Chick) Yang Berbeda Terhadap Nilai
Ekonomis Pakan, IOFC dan Indeks Performa Pada
Pemeliharaaan Kandang Terbuka tidak memberikan perbedaan
yang nyata sesuai dengan hasil analisis sidik ragam (ANOVA)
bahwa (P>0,05) yang tidak menujukkan perbedaan yang nyata.
Saran penelitian lanjutan dapat menggunakan DOC yang lebih
banyak jumlahnya sehingga dapat menghasilkan tampilan
performa dan juga deplesi yang lebih beragam. Disarankan
untuk melakukan penelitian pada kandang yang bermitra
dengan perusahaan agar mendapatkan harga beli maupun jual
yang terkontrol
Pengaruh Lama Simpan Telur Terhadap Kualitas Telur Burung Puyuh
Telur puyuh yang merupakan bahan mentah perlu dilakukan penyimpanan sebelum diolah, ataupun dalam proses distribusi dari peternak hingga konsumen juga memerlukan waktu yang tidak sebentar. Penyimpanan telur puyuh sangat penting mengingat telur puyuh tersebut sangat mudah rusak dan membusuk. Semakin lama penyimpanan, maka berdampak pada kualitas telur yang semakin menurun. Telur puyuh yang tidak disimpan dengan baik akan menyebabkan kualitas dari telur tersebut menurun, namun meskipun telur telah disimpan dengan baik apabila tetap disimpan dalam jangka waktu lama akan membuat kualitas dari telur tersebut menurun.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan telur puyuh terhadap berat putih telur puyuh, haugh unit telur puyuh, indeks kuning telur puyuh, pH kuning telur puyuh dan warna kuning telur. Penelitian berlokasi di Laboraturium Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya yang dimulai dari awal Desember 2022 dan selesai pada awal Februari 2023. Penelitian ini menggunakan 100 butir telur puyuh, yaitu 50 butir telur puyuh yang berasal dari bibit PT. Jatinom Indah
vii
Perkasa dan 50 butir telur puyuh yang berasal dari bibit PT. Peksi Gunaharja. Telur puyuh yang diambil merupakan telur yang berasal dari burung puyuh yang berusia 2 bulan. Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 10 ulangan yaitu; 0 minggu (P0), 1 minggu (P1), 2 minggu (P2), 3 minggu (P3), 4 minggu (P4), dan 5 minggu (P5). Data hasil observasi ditabulasi dan dianalisis menggunakan analisis statistik sidik ragam (anova) jika terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji duncan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh lama simpan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat albumen dari sampel telur puyuh Peksi dengan hasil rata-rata yaitu P1: 6,35g; P2: 6,18g; P3: 5,90g; P4: 5,66g; P5: 5,49g, juga berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat albumen dari sampel telur puyuh Jatinom dengan hasil rata-rata yaitu P1: 5,75g; P2: 5,67g; P3: 5,54g; P4: 5,03g; P5: 4,61g. Pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap haugh unit didapatkan dari kedua sampel yaitu P1: 89,08; P2: 76,27; P3: 73,78; P4: 66,16; P5: 61,98 pada telur puyuh Jatinom dan P1: 81,98; P2: 72,12; P3: 72,29; P4: 70,93; P5: 61,03 pada telur puyuh Peksi. Pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap indeks kuning telur didapatkan dari kedua sampel yaitu P1: 0,44; P2: 0,31; P3: 0,15; P4: 0,08; P5: 0,02 pada telur puyuh Jatinom dan P1: 0,43; P2: 0,25; P3: 0,14; P4: 0,08; P5: 0,03 pada telur puyuh Peksi. Pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pH kuning telur didapatkan dari kedua sampel yaitu P1: 5,65±; P2: 5,72; P3: 7,38; P4: 7,92; P5: 8,28 pada telur puyuh Jatinom dan P1: 5,62; P2: 6,29; P3: 6,77; P4: 7,14±; P5: 7,23 pada telur puyuh Peksi. Pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap skor warna kuning telur didapatkan dari kedua sampel yaitu P1: 6,00; P2: 7,20; P3: 6,50; P4: 5,56; P5: 4,90 pada telur puyuh Jatinom dan P1: 4,90; P2: 4,50; P3: 4,40; P4: 4,20; P5: 3,10 pada telur puyuh Peksi. Berdasarkan hasil dari
viii
penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa masa simpan dapat mempengaruhi kualitas telur puyuh ditinjau dari berat albumen, haugh unit, indeks kuning telur, pH kuning telur, dan skor warna kuning telur. Telur puyuh dari sampel Jatinom dan Peksi ditinjau dari berat albumen dan haugh unit, layak dikonsumsi hingga lama simpan 28 hari. Ditinjau dari indeks kuning telur, layak dikonsumsi hingga lama simpan 7 hari. Ditinjau dari pH kuning telur dapat dikonsumsi hingga 14 hari. Ditinjau dari warna kuning telur dapat dikonsumsi hingga lama simpan 14-28 hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa telur puyuh dapat disimpan dalam suhu ruang setidaknya hingga lama simpan 7-14 hari ditinjau dari beberapa parameter diatas. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut agar telur puyuh dapat disimpan lebih lama sehingga peternak dan masyarakat dapat memanfaatkan telur puyuh tanpa takut kualitas dari telur puyuh tersebut berkurang meskipun disimpan dalam waktu yang lama
Pengaruh Pemberian Pakan Dengan Level Protein Yang Berbeda Terhadap Karakteristik Usus Ayam Persilangan
Protein merupakan senyawa biokimia kompleks yang
terdiri atas polimer asam-asam amino dengan ikatan peptida.
Protein dibutuhkan ternak unggas untuk mempertahankan
hidup pokok pembentukan sel, mengganti sel yang mati dan
membentuk jaringan tubuh. Level protein untuk ayam
persilangan belum diketahui secara pasti, oleh sebab itu
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui protein optimal
yang dapat memaksimalkan ayam persilangan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan
dengan level protein yang berbeda terhadap karakteristik usus
yang terdiri dari pH digesta, viskositas digesta, jumlah vili,
panjang vili, dan kedalaman kripta ayam perilangan. Hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para
peternak dan pembaca terkait pakan diberi dengan level
protein yang sesuai akan menghasilkan ayam persilangan yang
berkualitas dengan pertambahan bobot badan yang tinggi.
Materi penelitian ini menggunakan DOC (Day Old
Chick) dari UD. Berline Farm sebanyak 162 ekor yang tidak ibedakan jenis kelaminnya (unsexed) dipelihara selama 60
hari. Penelitian dilakukan di UD. Berline Farm di Desa
Maguan, Ngajum, Malang pada tanggal Juli 2021 – November
2021. Bobot badan rata-rata DOC sebesar (39,73±3,57)
dengan koefisien keragaman 8,99%. Kandang terbagi menjadi
18 plot dengan panjang 100×100×200 cm. Setiap plot berisi 9
ekor DOC dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum
dan lampu sebagai penerangan dan pemanas. Metode
penelitian yang digunakan adalah percobaan lapang
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
menggunakan 3 perlakuan dan 6 ulangan, setiap ulangan
terdiri dari 9 ekor DOC ayam persilangan. Analisis data
dengan ANOVA, apabila terdapat pengaruh yang nyata
(P<0,05) maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda
Duncan’s. P1= pakan dengan level protein (starter 18% and
finisher 16%), P2= pakan dengan level protein (starter 20%
and finisher 18%), dan P3= pakan dengan level protein
(starter 22% and finisher 20%). Variabel penelitian meliputi
pH digesta, viskositas digesta, jumlah vili, panjang vili, dan
kedalaman kripta. Hasil penelitian menunjukan bahwa level
protein pakan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05)
terhadap jumlah vili, panjang vili, dan kedalaman kripta tetapi
memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap
viskositas digesta dan pH digesta.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pemberian
level protein 22% fase starter dan 20% fase finisher pada
pakan memberkan hasil terbaik terhadap karakteristik usus
halus ayam persilangan. Saran penelitian ini perlu adanya
penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh asam amino
padapakan terhadap karakteristik usus halus pada ayam
persilangan